Friday, October 27, 2006
|
Status Belum Diakui?
|
Sebenarnya aku tak perlu pusing dengan Susunan Redaksi di tempatku bekerja andai tak mendapat SMS dari Hisyam, sobat karibku yang menjadi wartawan di Surabaya.
“Lho, di susunan redaksi kok nggak ada namamu?” kata Hisyam di SMS itu. “Berarti kamu belum diakui donk!” lanjutnya.
Gara-gara SMS tersebut, aku merasa terpanggil untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Aku lalu menelponnya.
“Posisiku di sini sebagai calon reporter. Aku dikontrak selama tiga bulan. Bisa diperpanjang, juga bisa dibuang. Tergantung penilaian redaktur,” kataku.
“Lho, bukannya tergantung kinerjamu?” sergahnya.
“Benar. Tapi kan pada akhirnya kinerjaku dinilai oleh redaktur. Berarti redaktur donk yang menggantungku. Hehehe.”
“Ooo……begitu. Lha terus, namamu kok nggak tercantum di Susunan Redaksi?”
“Itu juga tergantung redaktur. Setahuku, dua calon reporter yang namanya tercantum di situ sudah non-aktif. Yang menggantikannya selain aku, adalah Imam. Dia asli Jakarta lulusan Unpad Bandung.”
Hisyam diam sejenak. Sepertinya dia sedang memeriksa sesuatu. Dan memang benar. Dia sedang memeriksa dengan seksama situs hukumonline.
“Hukumonline sebenarnya cukup bagus. Pangsa pasarnya jelas. Sayang, beritanya kurang mendaerah. Unsur proximity-nya lemah. Bilang itu pada redakturmu,” Hisyam melanjutkan pembicaraan.
“Iya, aku juga berpikiran seperti itu.”
“Terus, penampilannya juga kurang keren. Menurutku terlalu kering. Gambarnya minim. Desainnya sangat sederhana. Kurang menarik!”.
“Iya, aku juga berpendapat begitu.”
“Lho, kamu kok cuma membebek saja. Mestinya kamu lebih kritis donk. Kamu kan yang lebih tahu ‘bagian dalamnya’?”
“Hehehe. Bisa aja kamu. Tapi, mana mungkin aku bisa kritis? Aku kan hanya calon reporter. Status aja belum diakui. Hehehe.”
“Waduh. Payah juga kamu, Her!”
|
|
posted by HERMANSYAH
2:58 AM
|
|
|
|
|
|
myprofile |
previouspost |
myarchives |
mylinks |
bloginfo |
|